SPANDUK BIF

SESUAI HIMBAUAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA JAWA TENGAH, KEPADA SELURUH ANGGOTA PPW UNTUK MEMBUAT DAN MEMASANG SPANDUK BOROBUDUR INTERNATIONAL FESTIVAL ( BIF ), SEBAGAI WUJUD SOSIALISASI KEGIATAN TERSEBUT BERSAMA INI KAMI TAMPILKAN BENTUK / GAMBAR SPANDUK DIMAKSUD, KETERANGAN LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI SEKRETARIAT PPW DI LINE TELP. 024-86457272 / HP : 081 64255964

INFO TERBARU

Bersama ini kami publikasikan surat dari Sekretariat PPW Nomor : 043 / PPW-JATENG/IV/2009

Nomor : 043 / PPW-JATENG/IV/2009 Semarang, 24 April 2009
Lamp : -
H a l : Pengiriman Paket Wisata

Kepada Yth,
Pimpinan Biro Perjalanan Wisata
/ Agen Perjalanan Wisata yang Tergabung
di Paguyuban Pelaku Wisata – Jawa Tengah
( PPW- JATENG )
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Diberitahukan Bahwa dalam Rangka memperkenalkan Product Wisata Semarang dan Jawa Tengah oleh Paguyuban Pelaku Wisata Jawa Tengah ( PPW-JATENG ) dalam program Table Top Sebagai Rangkaian Kegiatan Road Show ke Medan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah dalam rangka Borobudur International Festival , maka bersama ini kami minta kepada seluruh travel biro untuk :
1. Membuat Paket Wisata Semarang dan Jawa Tengah lengkap dengan harga dan Fasilitasnya
2. Paket dibuat bisa menggunakan bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris
3. Paket Dikirim paling lambat tanggal 01 Mei 2009, dengan dikirim melalui :
- email PPW , dengan alamat : ppw_jateng@yahoo.co.id
- dikirim langsung ke Sekretariat PPW : DUTA TOUR, Jl. Pleburan Raya No. 36
- Di kirim via Fax ke : 024-86457081
Seluruh paket yang masuk akan diseleksi dan dicetak sebagai material promotion PPW dan akan didistribusikan ke seluruh Anggota untuk dapat dipasarkan.

Untuk Keterangan lebih Lanjut dapat menghubungi Sekretariat PPW dengan Contact Person :
1. Bp. H. Nazri Idris Telp. : 024.70762121 HP : 081 1278846
2. Bp. Purwanto Telp. : 024. 024-8319523 HP : 081-8240985
3. Bp. S u g i n o Telp. : 024-70376499 HP : 081-64255964

Demikian Kami Sampaikan atas Perhatian kerjasama yang baik disampaikan banyak terima kasih.


Paguyuban Pelaku Wisata Jawa Tengah
( PPW – JATENG )




( H. NAZRI IDRIS )
K E T U A

cc. File

Komentar Ketua PPW-1

Paket Wisata Lemah Terkendala Infrastuktur
Semarang, CyberNews. Para pelaku wisata Jawa Tengah hingga kini masih kesulitan dalam membuat paket wisata obyek-obyek lokal Jateng. Selain karena kurangnya infrastruktur antarkota, masing-masing Pemkot dan Pemkab belum bersinergi dalam berpromosi bersama. Padahal, Jateng memiliki obyek wisata yang lokasinya berdekatan, namun berbeda kota dan kabupaten.

Ketua Paguyuban Pelaku Wisata (PPW) Semarang dan Jateng, Nazri Idris, mengatakan tingginya ego Pemkab dan Pemkot tak lepas dari otonomi daerah. Ditambah, minimnya alokasi anggaran promosi pariwisata. Ia mencontohkan obyek wisata Baturaden Banyumas, Gua Lawa dan Owabong Purbalingga, seharusnya bisa dijual dalam satu paket wisata. Namun terkendala akses jalan, menyebabkan ketiga lokasi berpotensi itu berkembang tanpa ada koordinasi antardaerah.

''Kami meminta Pemkab dan Pemkot untuk bisa bersinergi dalam promosi obyek wisata yang dimiliki. Bandingkan dengan Jatim yang telah menerapkan hal ini,'' katanya saat ditemui di sela-sela pameran Gebyar Pesona Wisata di Wonderia.

Dijelaskannya, salah satu paket wisata yang berhasil dikembangkan di Jatim adalah Gua Maharani, Jatim Park, Taman Bahari, Gua Akbar, dan ziarah Sunan Bonang. Obyek-obyek itu berada di Lamongan dan Tuban. Karena infrastruktur di kedua kota itu mendukung, maka paket wisatanya banyak diminati.

Terkait dengan minimnya promosi bersama, PPW berupaya mandiri dengan meningkatkan kerja sama antarpelaku wisata. PPW sendiri beranggotakan pengelola hotel, obyek wisata, biro perjalanan, jasa katering dan boga, serta perusahaan otobus.

Kepala Dinas Pariwisata Jateng, Sri Uritni Aminarsih, menandaskan perlunya sinergi antarkabupaten dan kota dalam pengembangan pariwisata. Daerah yang sudah mengarah pada promosi terpadu ini terlihat di wilayah Solo, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, dan Klaten atau Sobowonosukosraten. Ia berharap model ini bisa dikembangkan di daerah lainnya.

Selain itu, ia juga menyoroti soal proses perizinan bagi pelaku wisata. Ia meminta kepala dinas pariwisata kabupaten dan kota untuk memberikan kemudahan. Hal ini kemajuan dunia pariwisata, sehingga mampu menggerakkan perekonomian dan merekrut banyak pekerja. ''Kemudahan izin ini juga sebagai upaya legalisasi pelaku wisata yang hingga kini banyak yang belum memiliki izin,'' katanya.
( moh anhar/cn05 )

Komentar Ketua PPW-2

Pariwisata Jateng belum maksimal


Semarang - Pengelolaan manajemen pariwisata di Jateng dinilai belum maksimal, sehingga tidak mampu menarik kunjungan wisatawan asing maupun domestik dalam jumlah besar.

"Selain itu, para pelaku wisata Jateng masih kesulitan dalam membuat paket objek wisata lokal karena infrastruktur kurang memadai," ujar Nazri Idris, Ketua Paguyuban Pelaku Wisata (PPW) Jateng, Senin.

Potensi pariwisata di Jateng yang cukup banyak, menurut dia, selama ini belum tergarap secara maksimal. Dia menilai infrastruktur antarkota masih minim dan upaya promosi belum disinergikan dengan baik oleh pemkot/pemkab.

Nazri mengatakan pemkab dan pemkot masih mengutamakan kepentingan masing-masing, sementara alokasi anggaran promosi pariwisata untuk sejumlah objek wisata relatif kecil. (Bisnis/rsj)

Sumber: Bisnis Indonesia

Komentar Ketua PPW-3

Saturday, April 14, 2007
Paket Wisata Lemah Terkendala Infrastuktur

Para pelaku wisata Jateng hingga kini masih kesulitan dalam membuat paket wisata obyek-obyek lokal Jateng. Selain karena kurangnya infrastruktur antarkota, masing-masing Pemkot dan Pemkab belum bersinergi dalam berpromosi bersama. Padahal, Jateng memiliki obyek wisata yang lokasinya berdekatan, namun berbeda kota dan kabupaten.Ketua Paguyuban Pelaku Wisata (PPW) Semarang dan Jateng, Nazri Idris, mengatakan tingginya ego Pemkab dan Pemkot tak lepas dari otonomi daerah. Ditambah, minimnya alokasi anggaran promosi pariwisata. Ia mencontohkan obyek wisata Baturaden Banyumas, Gua Lawa dan Owabong Purbalingga, seharusnya bisa dijual dalam satu paket wisata. Namun terkendala akses jalan, menyebabkan ketiga lokasi berpotensi itu berkembang tanpa ada koordinasi antardaerah.''Kami meminta Pemkab dan Pemkot untuk bisa bersinergi dalam promosi obyek wisata yang dimiliki. Bandingkan dengan Jatim yang telah menerapkan hal ini,'' katanya.
Dijelaskannya, salah satu paket wisata yang berhasil dikembangkan di Jatim adalah Gua Maharani, Jatim Park, Taman Bahari, Gua Akbar, dan ziarah Sunan Bonang. Obyek-obyek itu berada di Lamongan dan Tuban. Karena infrastruktur di kedua kota itu mendukung, maka paket wisatanya banyak diminati. Terkait dengan minimnya promosi bersama, PPW berupaya mandiri dengan meningkatkan kerja sama antarpelaku wisata. PPW sendiri beranggotakan pengelola hotel, obyek wisata, biro perjalanan, jasa katering dan boga, serta perusahaan otobus. Kepala Dinas Pariwisata Jateng, Sri Uritni Aminarsih, menandaskan perlunya sinergi antarkabupaten dan kota dalam pengembangan pariwisata. Daerah yang sudah mengarah pada promosi terpadu ini terlihat di wilayah Solo, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, dan Klaten atau Sobowonosukosraten. Ia berharap model ini bisa dikembangkan di daerah lainnya. Selain itu, ia juga menyoroti soal proses perizinan bagi pelaku wisata. Ia meminta kepala dinas pariwisata kabupaten dan kota untuk memberikan kemudahan. Hal ini kemajuan dunia pariwisata, sehingga mampu menggerakkan perekonomian dan merekrut banyak pekerja. ''Kemudahan izin ini juga sebagai upaya legalisasi pelaku wisata yang hingga kini banyak yang belum memiliki izin,'' katanya. (anhar- )

posted by moh@n @ 6:11 AM

BIF - Maret 2009

Promosi pariwisata Jateng di Negeri Jiran (3-habis)
Sabtu, 28 Maret 2009

Promosi pariwisata Jateng di Negeri Jiran (3-habis)
Wisman akan dibawa ke BIF

Image
Foto: Hery Suyanto
ANTUSIASME para calon wisatawan mancanegara (wisman) dari Malaysia, Thailand, Cina, Hongkong, Singapura, dan negara-negara di sekitar Asia untuk berkunjung ke Jawa Tengah tak boleh disia-siakan. Itu artinya, seluruh pelaku pariwisata harus mampu membuktikan bahwa apa yang mereka jual dan ditawarkan di MATTA Fair, Kuala Lumpur, Malaysia baru-baru ini memang benar-benar purna jual. Sebuah even yang tidak kalah besar bila dibanding dengan MATTA Fair yang akan digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupa Borobudur International Festival (BIF) 22-26 Juni 2009, boleh jadi langkah konkret untuk menggaet simpati calon wisatawan manca negara.

Bahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng lewat Kabid Pemasaran Drs Budiyanto SH MHum terus melakukan sosialisasi ke berbagai wilayah, termasuk ke Bali, Medan, Jakarta dan Malayasia. ”Untuk sosialisasi di luar Asia tidak kita laksanakan, pasar kita yang wilayah Asia ini,” kata Budiyanto.

Even BIF nanti sangatlah akbar, mulai pameran pariwisata, widya wisata dengan mengunjungi objek wisata yang dimiliki Jateng sampai dengan seminar internasional. ”Wisatawan manca negara akan kita ajak keliling Jateng, menikmati keindahan alam kita. Harapannya, mereka akan membawa teman di kemudian hari dengan jumlah lebih banyak lagi,” harap Budiyanto.

Agenda dari BIF sendiri antara lain, pertunjukan seni dan budaya dari Sabang sampai Meraoke, pertunjukan seni dan budaya Indonesia maupun dari mancanegara, widya wisata (wisata) meliputi objek yang belum banyak dikenal. Kemudian seminar internasional, temu bisnis yang akan diikuti para pelaku pariwisata di dunia dan pameran.

Sembilan negara
Dari sosialisasi Dinbudpar Jateng saat mengikuti MATTA Fair baru-baru ini, minimal sudah sembilan negara yang menyatakan akan ikut ambil bagian dalam even Borobudur International Festival ini.

Sementara itu para pelaku wisata di Jateng mulai dari PHRI, Asita, Asosiasi Wisata Agro Indonesia (AWAI), PPW dalam pertemuan di Kuala Lumpur sepakat untuk menyukseskan kegiatan BIF ini. "Kegiatan ini tanggung jawab kita juga selaku pelaku wisata," tutur Andi dati TX Tour Semarang.

Bagi Jateng, tambah Budiyanto, Malaysia merupakan pasar besar. Budaya masyarakatnya juga nyaris sama. Demikian juga bahasanya, sama-sama berasal dari bahasa Melayu.

Selama ini wisatawan dari Malaysia lebih banyak lari ke Bandung, Jakarta, Yogyakarta atau Bali. Pertimbangan mereka mengapa memilih daerah tersebut, sangat sederhana, bisa terbang langsung ke wilayah itu.

"Di Bandung mereka pasti belanja, karena wilayah ini memang terkenal dengan pakaian atau sepatu yang murah-murah," tutur Peter Lam, pemandu wisata asal Malaysia.

Belakangan ini beberapa objek seperti Masjid Agung Demak, Karimunjawa dan beberapa objek lainnya mulai dilirik. Bahkan Pemda Demak terkait dengan makin tingginya minat wisatawan asing, sudah bersiap, termasuk menyediakan jamuan makan malam. Ini angin sejuk bagi dunia pariwisata. Bahkan pedagang dan pengemis di sana juga sudah diatur sehingga tertib.

Belajar
Setelah even akbar MATTA Fair selesai, Jawa Tengah memang harus banyak belajar dari Malaysia. Negeri yang kecil, dengan penduduk yang jauh lebih kecil dibanding Jateng, bisa membangkitkan pariwisata yang wow... sangat luar biasa. "Anda masuk hotel, sudah bisa membaca peta wilayah mana-mana yang akan dikunjungi, " kata Peter Lam.

Hampir semua hotel memajang menu seluruh objek wisata di seluruh provinsi di Malaysia. Bahkan termasuk wilayah Serawak, Sabah bagian atas dari Pulau Kalimantan yang bagi kita masih buta peta di sana. "Ternyata di sana adalah surga bagi wisatawan lho," tutur Colichoel dari Kaisa Rosie Tour.

Kemudian pembangunan fisik dan penataan wilayah yang terintegrasi dengan baik, ternyata ujung-ujungnya adalah mendukung pariwisata juga. Contoh kecil adalah pembangunan pusat pemerintahan di Putrajaya. Di sana bukan cuma berdiri gedung untuk para menteri, tetapi saat ini menjadi objek wisata dengan pemandangan yang mencengangkan. Hery Suyanto-yan

Berita Wisata terkini- April 2007

berita wisata terkini

Saturday, April 14, 2007
Pede Menjual Semarang



WAKTU pelaksanaan kegiatan pesta budaya Semarang Pesona Asia (SPA) Agustus mendatang tinggal menghitung hari. Karenanya, panitia yang terlibat pun harus bekerja keras untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tak terkecuali, Ketua Steering Committee Agus Suryono. Setiap saat tangannya harus cekatan mengangkat telepon selulernya untuk berkoordinasi dan melakukan evaluasi dengan panitia lainnya. Seperti halnya terlihat kemarin, ia mengontak Ketua Panitia Organizing Committee, Soemarmo HS, menanyakan kesiapan event organizer yang menangani perhelatan itu. Tentu saja, hal itu menambah kesibukan kesehariannya sebagai Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jateng.
Sejak awal dilibatkan dalam kepanitiaan, pria kelahiran Jepara 50 tahun lalu itu mengaku antusias. Pasalnya, lembaga yang ia pimpin terkait dengan upaya menarik investor, baik dalam maupun luar negeri. Diharapkan kegiatan SPA, Semarang mampu meningkatkan sektor trade, tourism, and investment. Terlebih jabatan ia sebelumnya juga mengurusi tetek-bengek pariwisata Jateng, yakni sebagai mantan Kepala Dinas Pariwisata Jateng.
''Keberhasilan SPA ini merupakan salah satu modal untuk bisa menunjukkan potensi yang dimiliki Semarang,'' katanya saat ditemui di ruang kerjanya.
Ia menyebutkan status Semarang sebagai ibukota provinsi dituntut untuk bisa menjadi tolok ukur kemajuan bagi kota dan kabupaten lainnya. Saat ini basis perekonomian kota lumpia bersandar perdagangan dan investasi. Sementara, di sisi sektor pariwisata, masih sebatas menjadi pintu gerbang wisatawan. Contohnya, penumpang wisatawan kapal pesiar yang kini rutin bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas justru lebih banyak memilih melanjutkan perjalanannya ke Candi Borobudur. Apabila Semarang mampu mengemas kegiatan seni budaya yang menarik secara berkesinambungan, bukan tidak mungkin dilirik wisatawan. Menurutnya, untuk bisa sukses, SPA tidak melulu ditangani Pemkot semata. Keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan. Kalau perlu ada lembaga masyarakat yang menangani khsusus soal kegiatan tersebut. Berdasar pengalamannya dulu sewaktu di Dinas Pariwisata, acara Bengawan Solo Fair dan Borobodur Live in Concert, bisa sukses juga lantaran keterlibatan banyak pihak. Para seniman bisa berkumpul dan menarik jaringannya untuk berperan aktif, termasuk dari luar negeri.
Karenanya, waktu pelaksanaan SPA yang kurang 3,5 bulan lagi segi kesiapannya perlu dikebut, koordinasi yang baik, dan evaluasi setiap saat.
''Yang penting kita pede (percaya diri) untuk bisa menjual Semarang''. [anhar]

Pengikut